Tapi coba perhatikan baik-baik, bukankah suka atau tidak suka,
sesungguhnya kita semua sering harus menjadi kaum penunggu ? Para
event organizer, pebisnis travel dan transportasi, utamanya bis wisata, mengisi
bulan puasa pun tak lebih hanyalah menunggu. Apa yang dilakukan kami-kami ini?
Bagi bis pariwisata, saatnya tune-up kendaraan, mengganti
interior, mengecat ulang body kendaraan, merencanakan strategi pemasaran yang
lebih jitu, dst dll. Dan bagi event organizer dan pebisnis travel, meski tidak libur
total, ada banyak waktu untuk me-review pekerjaan 11 bulan sebelumnya. Sejenak
bernafas sambil belajar ilmu-ilmu baru, yang sering tidak sempat dilakukan di
saat kehebohan di hari-hari normal lainnya.
Untuk seorang sales, marketing, dan sejenisnya, kata
”menunggu” sudah bukan lagi kata negatif yang meracuni pikiran. Setelah
seseorang membuat penawaran, mempresentasikan produk atau program yang
dijualnya, kemudian yang dilakukan adalah : menunggu. Dan pekerjaan menunggu
ini pun diisi dengan mencari prospek klien baru, membuat penawaran, dan
presentasi atau terlibat proses produksi. Adapun sisanya adalah untuk belajar
dengan aneka metode yang ’khas” dirinya. Saya sangat yakin, putaran proses
itulah yang terjadi dari bisnis terkecil hingga terbesar, di sektor usaha
apapun, tanpa kecuali.
Ternyata
kemampuan kita menunggu tanpa barengi dengan kemasan jualan yang apik,
terbukti banyak diantara kita mengabaikan teori-teori komunikasi
marketing yang baik, saat saya menghubungi agen promosi, ternyata tidak
hanya segmen pasar yang ditentukan tetapi harus juga menentukan media
promosi yang tepat, kata-kata dan warna yang menghipnosis, pesan yang
meracuni pikiran klien sampai dengan bentuk dari media promosi itu,
bersama Bintang Advertising ternyata solusi didapat dengan cepat.
Bayangkan saja Seorang penambal ban bisa saja menunggu waktu kedatangan
kliennya dengan menebarkan paku di sepanjang jalanan. Atau seorang politikus,
juga bisa menunggu kekuasaan/kedudukan yang diharapkannya dengan mengadakan
kampanye hitam untuk kompetitornya. Atau seorang pedagang, sibuk menggunakan
waktu menunggunya untuk menjelek-jelekkan kualitas produk pedagang lainnya.
Jelas itu semua bisa dianggap sebagai gugurnya mutu seseorang dalam sekujur
hidupnya.
Meminjam istilah Mas Prie GS, seorang budayawan yang
mengaku mempunyai tinggi badan kurang ideal dan merupakan salah satu tokoh
berpengaruh dalam mendorong keinginan saya belajar menulis adalah :
”terkait dengan caramu menunggu, disitulah
letak martabat hidupmu…”
mari memilih media promosi yang efektif agar menunggu yang terukur...
No comments:
Post a Comment