Saturday, November 30, 2013

Memilih Media Promosi yg Unik




Media promosi adalah sarana mengomunikasikan suatu produk atau jasa atau brand atau perusahaan dan lainnya agar dapat dikenal masyarakat lebih luas.

Media promosi yang paling tua adalah dari mulut ke mulut, dilanjutkan dengan media promosi konvensional berupa: brosur, poster, katalog, pamflet, booklet, spanduk, billboard, banner, flyer, reklame, kartu nama, iklan TV, radio, media cetak (koran/ majalah) dan sebagainya.

Media promosi tersebut berkembang dengan maraknya promosi ranah digital seperti promosi melalui jejaring sosial di Facebook dan Twitter. Namun, tidak satu pun media yang benar-benar dikategorikan mutlak dari segi ketepatan dan efektivitas. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Maka, dalam memanfaatkan media promosi secara maksimal, dibutuhkan kemampuan menciptakan kreasi baru dan unik agar pesan-pesan dapat melekat pada konsumen, sehingga tujuan menjangkau lebih banyak konsumen dan memaksimalkan profit perusahaan dapat tercapai.

Tanpa disadari, semakin berkembangnya media promosi, ada cara lain yang lebih unik, berbeda, dan mungkin belum diketahui banyak orang, seperti: Sensory Branding, Ambient Art, dan Flash Mob.

Berikut akan dibahas satu persatu secara garis besarnya. Sensory Branding yang melibatkan panca-indera manusia seperti mata-penglihatan, hidung-penciuman, telinga-pendengaran, kulit-perasa, dan mulut-pengecap untuk memancing persepsi konsumen terhadap suatu produk/brand tertentu.

Misalnya: Roti Boy, saat kita melewati gerainya, tercium lah aroma yang enak dan khas membuat kita membayangkan bentuk dan rasa dari Roti Boy tersebut tanpa harus melihat gerai itu sendiri. Contoh lain adalah alunan musik penjual es krim dengan lagu khas dari Walls.

Ambient Art adalah penyajian informasi dengan teknik artistik yang juga mengandung pesan tersembunyi, di mana paparan dari waktu ke waktu memungkinkan pengunjung untuk memahami sesuatu tentang sumber-sumber informasi yang mewakili.

Contohnya adalah gambar kentang McDonalds yang dilukis di jalanan aspal yang dilalui banyak orang, tetapi ukiran kentang yang berbentuk garis lurus itu dijadikan zebra cross. Penggunaan seni ambient art ini memancing orang-orang yang melewati zebra cross itu memikirkan McDonalds.

Flash Mob dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang berkumpul pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan untuk melakukan suatu hal bersamaan secara spontan.
 Massa Flash Mob diatur melalui komunitas online, web blog, news group, email surat berantai, pesan singkat, ataupun telepon. Pesan lalu diteruskan beberapa kali untuk meningkatkan banyaknya massa.

Misalnya, ada event di 2011 kemarin bertema: Sumpah Pemuda Flash Mob, yang diadakan di Central Park. Pesan singkat yang disebarkan via email berisi instruksi singkat untuk mengikuti event.
Peserta harus mengunduh MP3, membawa iPod/audio player lainnya, dan berkumpul di tempat yang ditetapkan. MP3 tersebut akan diputar secara serentak dan mengikuti setiap instruksi yang mereka dengar. Tanpa mengenal satu sama lainnya, mereka spontan meneriakkan isi Sumpah Pemuda dalam rangka merayakan hari yang jatuh pada 28 Oktober tersebut.

Jadi, media promosi di atas memiliki karakter yang berbeda dan kita harus jeli dan pandai mengamati kebiasaan dari target pasar kita agar dapat memilih media yang tepat untuk memastikan agar kita tidak membuang-buang biaya dengan percuma

Wednesday, November 27, 2013

Tradisi lampion

Keberadaan lampion tidak dapat dipisahkan dari tradisi perayaan Imlek dan Cap Go Meh. Lampion menjadi semacam atribut budaya yang menandai peralihan tahun dalam penanggalan Tionghoa. Imlek kurang terasa meriah tanpa kehadiran lampion yang menghiasi sudut-sudut jalan, kelenteng, dan rumah-rumah warga peranakan Tionghoa.

Menurut sejarah, diperkirakan tradisi memasang lampion sudah ada di daratan Cina sejak era Dinasti Xi Han, sekitar abad ke-3 masehi. Munculnya lampion hampir bersamaan dengan dikenalnya tehnik pembuatan kertas. Lampion pada masa-masa awal memang diduga telah menggunakan bahan kertas, selain juga kulit hewan dan kain. Lampion mulai diidentikkan sebagai simbol perayaan Tahun Baru dalam penanggalan Tionghoa pada masa Dinasti Ming.

Pendar cahaya merah dari lampion memiliki makna filosofis tersendiri. Nyala merah lampion menjadi simbol pengharapan bahwa di tahun yang akan datang diwarnai dengan keberuntungan, rezeki, dan kebahagiaan. Legenda klasik juga menggambarkan lampion sebagai pengusir kekuatan jahat angkara murka yang disimbolkan dengan raksasa bernama Nian. Memasang lampion di tiap rumah juga dipercaya menghindarkan penghuninya dari ancaman kejahatan.

Bentuk lampion yang konvensional adalah bulat dengan rangka bambu. Tetapi seiring perkembangan zaman, muncul pula bentuk lampion yang semakin bervariasi. Salah satunya adalah lampion yang berangka logam dan dapat difungsikan sebagai lampu meja, atau lampion yang berbentuk bunga teratai yang kuncup. Selain bentuk teratai tersebut, masih banyak kreasi baru dari lampion yang membuat perayaan Imlek menjadi semakin semarak.